Kediaman yang menjadi tempat berkumpul keluarga, menyimpan berbagai kisah dan perjalanan hidup setiap anggota keluarga. Begitu pun yang diangkat oleh Anton Ismael dalam pameran tunggalnya bertajuk “Rumah” yang berlangsung pada tanggal 2 April – 15 Mei 2016 bertempat di RUCI Art Space, Jakarta Selatan. “Rumah” yang dikuratori oleh Ade Darmawan, merupakan bentuk respons atas pola asuh orangtua yang diturunkan dari generasi ke generasi yang terjadi di dalam rumah.
Anton Ismael sudah menjadi seorang guru fotografi selama 10 tahun dalam hidupnya. Berasal dari pengalaman hidup dan riset selama 8 tahun, Anton melihat berbagai cara pandang dari murid-murid dan orang yang ditemuinya. Cara pandang itu menjadi menarik karena setiap orang mempunyai latar belakang yang berasal dari rumah. “Rumah” yang disampaikan dalam bentuk fotografi, painting, dan instalasi tersebut digambarkan Anton sebagai batas ruang yang membentuk cara pandang manusia.
“Rumah bagi banyak orang adalah sesuatu yang mendamaikan. Namun bagi saya adalah sebaliknya. Ini adalah perlawanan terhadap rumah. Karena bagaimana rumah memberikan doktrin, yang nantinya harus kita pilah-pilah. Bagaimana dan apa yang baik untuk saya. Orangtua selalu memberikan sebuah petuah kepada kita. Tetapi saya melihat petuah ini apakah sesuatu yang terbaik untuk anak-anak kita atau kita sebagai seorang anak? Ya belum tentu juga,” ujar Anton.
Lewat 16 karya di dalam “Rumah”, cerita tentang fungsi dan konstruksi sosial serta konfliknya ingin disampaikan. Pertama-tama pengunjung akan disuguhi oleh lukisan Potret Nenek, yang merepresentasikan identitas keluarga yang berasal dari ajaran seorang nenek. Pada karya tersebut, Anton menyampaikan gagasan tentang konstruksi dan identitas keluarga yang sulit untuk diubah karena peran dari orangtua amatlah besar dalam menerapkan ajaran bagi anak-anaknya.
Mengikuti alur karya-karya selanjutnya, pengunjung akan semakin menyelami apa saja yang terjadi di dalam sebuah rumah. Karya-karya Anton Ismael mengambil sudut pandang sebagai seorang anak, sehingga pengunjung akan dibawa untuk merasakan dan mengingat kembali posisi sebagai anak yang berada dalam bayangan orangtua. Bagaimana seorang anak ditanamkan berbagai nilai dan aturan dari orangtua yang seringkali membatasi anak dalam menentukan sikap.
“Seri utama dalam pameran ini adalah Bayangan. Dalam melihat seseorang, gue tidak melihat siapa dia sekarang, tapi siapa di belakangnya. Bahwa selalu ada keadaan atau orang di belakang kalian, yang membuat kalian seperti ini. Di sini saya bicara juga tentang ‘kamu adalah sesuatu yang dekat dengan diri kamu’”, jelas Anton.
Karya menarik lainnya dari Anton Ismael adalah Toto Dahar , karya foto yang merespon tentang komunikasi satu arah yang terjadi di meja makan. Pada karya tersebut terlihat jelas bagaimana Anton mendekonstruksi kebiasaan keluarga di meja makan yang berlangsung pasif. Tubuh yang terlihat dari robekan taplak meja menjadi metafora tentang dialog yang terbuka dan cair yang dibutuhkan oleh keluarga.
Sebagai seorang guru dan juga seorang ayah, Anton Ismael berharap karyanya dapat memberikan berbagai interpretasi tentang rumah kepada pengunjung. Namun, secara pribadi Anton menginginkan adanya ruang kebebasan bagi anak di dalam keluarga. “Ini adalah perlawanan terhadap budaya rumah. Saya tidak ingin anak saya menjadi seperti saya, saya ingin semua anak menjadi dirinya sendiri,” tambah Anton.
Pameran yang dibuka pada hari Jumat, 1 April 2016 menampilkan beberapa pertunjukan musik dari Tetangga Pak Gesang dan DJ Set Pemandangan. Tidak hanya itu, Anton juga akan mengadakan artist talk pada 8 April 2016 dan meluncurkan buku yang ditulisnya bersama dengan Irma Chantily pada 15 April 2016 dengan judul yang sama seperti pamerannya yaitu “Rumah” sebagai rangkaian acara yang juga digelar di RUCI Art Space.