Capsule of Hope (sumber: jakartapost.com)

Pada acara penutupan The Indonesian Creativity through the Triennale of Milan and the Venice Architecture Biennale yang digelar Kamis, 16 Juni 2016 di Pusat Kebudayaan Italia, dua arsitek kenamaan Indonesia, Budi Pradono dan Cosmas Gozali, berbagi pengalaman keikutsertaan mereka di dua pameran besar tersebut.

Merespons tema “Reporting from the Front” yang diusung kurator Alejandro Aravena, paviliun Indonesia yang berisi 23 arsitek mengambil konsep “Fortress Europe” dengan sorotan terhadap isu pengungsian yang melanda Eropa saat ini. Konsep tersebut sejalan dengan upaya Venice Architecture Biennale mencari hal-hal baru di luar arsitektur.

“Keberadaan pengungsi membuat situasi di Eropa berubah. Ada masalah-masalah di luar arsitektur yang harus dibicarakan, seperti krisis air, kriminalitas, atau kepadatan penduduk,” ujar Budi Pradono tentang tema yang diambil oleh arsitek-arsitek Indonesia.

Dalam ajang yang berlangsung dari 28 Mei – 27 November 2016 di Venezia ini, para arsitek memperlihatkan bahwa arsitektur bukan hanya masalah hunian semata, tapi juga masalah kemanusiaan. Lewat karya berjudul Capsule of Hope, misalnya, Cosmas Gozali mencari solusi yang menguntungkan pihak pengungsi dan negara yang jadi lokasi pengungsian. Model hunian rancangan Cosmas memungkinkan pengungsi untuk membongkarpasang sendiri rumahnya sehingga tidak membutuhkan tenaga kerja yang terbilang mahal di kawasan Eropa. Itu idenya untuk mengurangi beban negara menanggung nasib pengungsi. Sedangkan dari sisi pengungsi, Cosmas menyoroti masalah harga diri orang-orang yang terpaksa meninggalkan semua yang ia punya demi melanjutkan hidup.

Tape Worm (sumber: jakartapost.com)
Tape Worm (sumber: jakartapost.com)

“Mereka terpaksa meninggalkan hidup mereka sebelumnya untuk menjalani hidup yang membuat mereka sering dianggap rendah. Pengungsi selalu identik dengan orang-orang yang hanya bisa meminta pertolongan. Karena itu saya membuat karya yang bisa dibangun sendiri oleh mereka agar mereka tetap merasa mampu melakukan sesuatu untuk hidupnya. Dengan begitu juga, mereka akan lebih menjaga dan merawatnya,” kata Cosmas tentang karya yang tetap bisa dikirim ke tempat lain meski sudah dipakai sebelumnya.

Masalah pengungsi memang menjadi masalah serius di Eropa saat ini. Disebut-sebut sebagai krisis pengungsian terbesar sejak Perang Dunia II, persoalan ini memicu konflik antar negara Eropa sendiri. Beberapa negara menutup perbatasannya dan saling tunjuk tanggung jawab. Cosmas Gozali sendiri berharap bahwa karya-karya di pameran ini dapat betul-betul direalisasikan. “Kita butuh melakukannya. Masalah ini bukan hanya milik Eropa,” ujarnya.