Dalam pameran tunggalnya “The Aesthetic Moment”, Bayu Wardhana sekali lagi menampilkan kemampuannya mempuisikan lanskap kota ke atas kanvas.
Kata “kota” barangkali tidak tepat benar. Pasalnya, dalam lukisan Bayu ada juga danau, barong, candi, yang tentu saja tidak merepresentasikan simbol-simbol dari apa yang kita sebut ‘kota’. Tapi karya-karya di pameran yang berlangsung 25 Juli-31 Agustus 2017 di Sunrise Art Gallery, Jakarta ini, memang berangkat dari kunjungan Bayu ke sudut-sudut Yogyakarta, pelosok-pelosok Bali, ceruk-ceruk Tiongkok, hingga pojok-pojok Yangon, Myanmar. Praktik berkunjung ini, memang sudah lama menjadi metode berkarya andalan Bayu.
Bayu mendatangi tempat-tempat tersebut lantas memindahkan suasananya ke dalam kanvas. Dengan warna-warna yang tegas, orang yang melihat lukisan Bayu diajak merasakan nuansa yang dirasakan Bayu saat mengamati tempat-tempat tersebut.
Wahyudin, yang menjadi kurator pameran ini, menyebut proses tersebut sebagai upaya Bayu Wardhana, “Membaur dan mengenali dalam jarak penglihatan yang dekat lagi intim dengan keakraban nan santun” untuk merespons dorongan “hasrat akan keindahan yang bersemayam di balik kehidupan desa atau kota di propinsi atau negara tersebut.”
Mudah untuk setuju, karya Bayu adalah karya yang membuat kita terlena sekali pandang. Sapuannya kuat dan warna-warnanya kuat. Orang biasanya betah melihat karya-karya seperti ini, seolah perasaan yang diterjemahkan Bayu ke dalam lukisan impresionismenya menular pada yang melihat lukisan.
Jessica Senjaya, Direktur Sunrise Art Gallery, berkata, “Gaya Bayu yang ekspresif dalam merespons on the spot adalah salah satu ciri khas yang saya kagumi. Selain itu saya juga terkesan kepada beliau dalam berkarya selalu ditemani oleh istrinya, Juni Wulandari, yang juga seorang pelukis. Hubungan manis suami istri ini mungkin salah satu kontribusi daya
tarik lukisan Bayu yang menciptakan sifat emosional ke setiap orang yang melihat karya beliau.”
Tapi barangkali, Bayu Wardhana perlu membuat terobosan lagi atas karyanya. Kecakapan teknik melukisnya adalah modal. Ia pastinya mampu melahirkan karya-karya bagus lainnya, yang bukan semata mengandung perbedaan lokasi tempat-tempat yang ia kunjungi. Patut ditunggu.