Go Ahead Challenge 2016 telah menobatkan empat seniman dari empat subkultur sebagai pemenang. Mereka adalah Ridhwan Badar (fotografi), Kurniawan Ramadhan (visual art), Yulio Abdul Syafik (musik), dan John Martin (fashion). Pada acara malam penganugerahan yang berlangsung di Gudang Sarinah Ekosistem, 20 November 2016, 12 finalis yang telah lolos seleksi dari 22.261 aplikasi, memamerkan karya kolaborasi dengan para seniman panutan mereka.
Ini merupakan tantangan sekaligus proses belajar para peserta agar lebih mematangkan konsep dan eksekusi karya. Anton Ismael, salah satu kurator ajang ini, mengaku sengaja menantang para peserta untuk berani berdiskusi dengan seniman yang mereka pilih sendiri agar tidak berhenti pada proses mengirim karya, tanpa ada unsur belajar.
“Kami ingin menjadikan ini sebuah academic journey. Kami tidak mau mereka Cuma mengirim karya. Harus ada proses belajar, salah satu caranya adalah dengan berkolaborasi dengan seniman panutan mereka,” ujar Anton.
Proses belajar ini menciptakan dialog dan diskusi antara peserta dan seniman senior. Komunikasi seperti ini memberi peserta banyak pengalaman baru yang tak jarang menjengkelkan. Ridhwan Badar contohnya. Lelaki yang memilih Agan Harahap sebagai rekan kerjanya ini menyampaikan kesulitannya untuk memenuhi tantangan sang mentor yang terus menggembleng dirinya dalam membuat konsep yang kuat.

“Setiap ngeluarin konsep, Agan bilang, ‘konsep lu basi’,” pungkasnya.
Tapi proses belajar Badar pada seniman foto yang terkenal dengan rekayasa fotografinya tersebut terbukti berguna. Karya Badar berjudul “United by Rice” adalah sebuah karya kontekstual dengan penyampaian visual yang tajam dan menggelitik.
Ia merangkai beras menjadi kalimat dalam huruf Arab, yang tak lain adalah poin pertama Sumpah Pemuda, yakni Kami Putera Puteri Indonesia Mengaku Bertumpah Darah Satu, Tanah Air Indonesia. Dengan menggunakan teknik projection photography, yaitu teknik foto yang menggabungkan proyeksi gambar dari proyektor dengan obyek yang difoto secara langsung, karya Badar menampilkan dimensi bagian depan dan belakang obyeknya.
Pengembangan kemampuan para peserta dalam membuat karya juga menjadi maksud dari tema “ARTOSPORA”. “Artospora dalam ilmu biologi adalah patahan sel yang bisa memultiplikasi. Dia tidak bekerja sendiri untuk berkembang. Lewat tema ini, para peserta diminta membikin karya baru, berdiskusi, dan bernegosiasi dengan seniman panutan mereka agar kemampuan mereka pun ikut termultiplikasi,” uajr Saleh Husein, salah satu kurator Go Ahead Challenge 2016.
Keempat pemenang ini nantinya akan diberangkatkan ke Amsterdam untuk mengikuti program residensi awal tahun 2017. Di Amsterdam para finalis berkesempatan memperkaya referensi berkarya melalui
inspirasi dari berbagai destinasi lembaga seni kelas dunia seperti Stedelijk Museum (visual art), Foam (fotografi), Tassenmuseum (fashion), dan Melkweg (musik). Kemudian, sekembalinya ke tanah air, mereka juga akan diminta untuk membuat sebuah pameran yang menunjukkan hasil residensi yang dijalani.