Kawasan Borobudur punya acara baru, Borobudur Cultural Feast 2016, kegiatan bernilai budaya yang bertujuan mengembangkan pariwisata. Acara yang diinisiasi PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (TWC) ini digelar pada 17-18 Desember.
Borobudur Cultural Feast 2016 dipenuhi beragam seniman lokal, di antaranya Karawitan Jogja Gangsa Nagari, Tari Gita Persada Borobudur, dan Kirab Niti Laku Mahakarya Borobudur. Juga ada kegiatan yang melibatkan pengunjung, seperti Lomba Lampion Gantung Desa dan Lomba Bregodo Prajurit Desa Borobudur.
Ada pula Sound of Borobudur. Trie Utami,salah satu inisiator Sound of Borobudur menjelaskan dalam jumpa wartawan di Kementerian BUMN, Jakarta, 14 Desember 2016, bersama Dewa Budjana, Redy Eko Prasetyo, dan musisi lainnya, akan menampilkan alat musik dawai dan alat musik tiup yang terukir di relief Karmawibhangga.
Tiga dari 23 relief instrumen alat musik yang sudah direkonstruksi akan dimainkan adalah Dawai Karmawibhangga 1, Dawai Karmawibhangga 3, dan Keledi. Salah satu lagu yang dikomposisi Trie Utami dan Dewa Budjana dengan ketiga alat musik tersebut adalah Padma Swargantara, yang juga adalah anthem Borobudur Cultural Feast.
Pertunjukan Sound of Borobudur yang menggunakan alat musik yang lahir dari relief dari tahun 750 Masehi mungkin adalah yang pertama di dunia. Selain itu, banyak juga yang dapat kita pelajari mengenai sejarah bangsa Indonesia, seperti kata Trie Utami, “Ketika sebuah bangsa sudah bisa memainkan alat musik, artinya bangsa itu sudah cerdas.”