Ari Wuryanto, "The Dreamer", Ballpoint on paper, 30x20cm, 2016. (Foto: Dok. Paulus Sugito)

Memanfaatkan bolpoin sebagai media utama untuk berkarya, 16 seniman memamerkan sejumlah karya dengan beragam teknik, gaya, dan tema.

Menggambar dengan bolpoin merupakan tamasya tangan dan pikiran, menjelajah tanpa batas tujuan, berkelana seenaknya sambil menangkap segala yang beterbangan di sekeliling kepala. Menelusuri, menemukan ataupun tersesat tetap saja menjadi pengalaman menyenangkan, tanpa beban bagi seniman.

Di kota-kota besar agenda pameran menunjukkan hampir tiada hari tanpa pameran, namun kebanyakan adalah pameran lukisan. Di tengah keadaan semacam ini, Visma Gallery di Surabaya  menampilkan seluruh karya bermedia bolpoin. Bukanlah sebuah pameran yang lazim. Barangkali juga Visma Gallery-lah menjadi galeri pertama di Indonesia yang mengusung pameran dengan karya yang melulu berbasis media bolpoin.

Menghadirkan 16 seniman dengan karya-karya bermedia bolpoin, Visma Gallery menggelar pameran bertajuk “Regh Uregh” pada 2-7 Desember 2016. Diinisiasi Irawan Hadi Kusumo, Teja P. Lesmana, dan kurator pameran Hendro Wiyanto. Mereka mencermati begitu banyaknya seniman di Indonesia yang menggunakan bolpoin sebagai media utama untuk berkarya.

 

Indarto Sukmono, "Sudut Kios Menara", ballpoint on paper, 24x29,5 cm, 2010. (Foto: Dok. Paulus Sugto)
Indarto Sukmono, “Sudut Kios Menara”, ballpoint on paper, 24×29,5 cm, 2010. (Foto: Dok. Paulus Sugto)

Seniman-seniman senior dilibatkan, seperti Made Wianta dan Ugo Untoro yang telah lama menggunakan bolpoin sebagai salah satu media berkarya hingga seniman muda berbakat Anis Kurniasih dengan karya-karyanya di bidang berukuran besar.

Menurut Hendro Wiyanto tajuk “Regh Uregh” diambil dari bahasa Jawa yang lebih kurang dimaknai sebagai kebiasaan membuat oret-oretan, semacam gambar tanpa persiapan atau intensi khusus kecuali untuk menandai sesuatu, biasanya dilakukan dengan alat tulis. Lebih dari keleluasaan mencorat-coret dan kebiasaan uregh-uregh, gambar pena bolpoin yang dipamerkan di sini menunjukkan kedekatan antara seniman dan alatnya.

Ulasan lengkap Merayakan Corat-Coret Bolpoin dapat dibaca di majalah SARASVATI edisi Januari 2017.