Sekumpulan pecinta karya seni mulai dari seniman, kolektor, maupun pelajar belum lama ini berkumpul di Ruci Art Space menyaksikan koleksi karya seni milik 10 kolektor muda dari Adhia Absar Arryman, Junior Tirtadji, Kinez Riza, Marissa Soeryadjaya, Natasha Sidharta, Nicholas Tan, Reside Irmine, Aryadi Jaya, Tom Tandio dan Winda Malika Siregar. Pameran bertajuk Y:Collect ini berlangsung pada 30 Januari – 15 Februari 2015.
Acara yang digelar dalam balutan santai ini berjalan sukses. Semua tak lepas dari peran tiga pendiri Ruci Art Space; Tommy Sibarani, Melin Turisno, dan Rio Pasaribu.
Berawal dari kecintaan pada seni, ketiganya sepakat untuk membangun galeri seni di Jakarta. Padahal ketiganya sama sekali tidak memiliki latar belakang dan pengalaman mengelola galeri seni. Semuanya diawali dengan kenekatan.
Melin yang dipilih menjadi Direktur Ruci Art Space mengatakan, meski bentuk Ruci Art Space belum terbentuk utuh termasuk visi dan misinya, ketiganya sepakat untuk membuka pintu selebar-lebarnya bagi para seniman muda yang belum banyak pengalaman berpameran dan kesulitan mendapatkan ruang berpameran.
“Target kita teman-teman seniman yang baru lulus kuliah, yang baru mulai merintis karier sebagai seniman,” kata Melin.
Lewat pameran perdana pada 2014 lalu bertajuk Hole in the Wall, Ruci Art Space pertama kali memperkenalkan diri pada publik. Rencananya, April tahun ini mereka akan secara resmi launching. Jauhnya jarak antara pameran perdana dan launching menurut Melin karena ia ingin lebih dulu mengenal duia seni rupa di Indonesia termasuk teman-teman pecinta seni dari kalangan seniman, akademisi, pemilik galeri, maupun kolektor karya seni rupa.
“Kita sudah mulai road show karena ingin saat grand opening Ruci sudah familiar dengan para kolektor, seniman, pemilik galeri, serta pecinta seni di Indonesia. Selain itu, karena kita (pendiri Ruci) belum ada yang berpengalaman jadi ingin belajar dulu bagaimana cara menjalankan sebuah pameran” ujar Melin.
Dalam membangun galeri yang namanya bermakna sumber cahaya dalam bahasa Sansekerta ini tentu ketiganya berhadapan dengan sejumlah kesulitan, Namun semua itu dapat dilalui karena adanya persamaan visi dan misi diantara mereka.
“Perjalanan ini untuk membantu Ruci Art Space menemukan identitas, misi dan visinya. Kami melakukan banyak percobaan, seperti trial error dalam menjalankan galeri ini. Lalu bersama teman-teman lainnya kami belajar diskusi satu ke diskusi lainnya, Learning by doing,” lanjut Melin.
Meski demikian, Melin ingin menjalankan Ruci Art Space sebagai galeri secara profesional. Termasuk dalam memilah seniman yang akan bekerja sama.
“Yang mungkin akan sedikit membedakan Ruci Art Space dengan galeri lainnya adalah ketika memperlakukan para seniman yang akan berpameran. Mereka harus membuat portfolio tentang bagaimana proses kekaryaan mereka selama ini diantaranya dalam bentuk video. Sekaligus latihan untuk berbicara,” tegas Melin.