Wanita multitasking sejati bisa dibilang melekat pada sosok Laksmi Shitaresmi, perupa asal Yogyakarta yang baru menyelesaikan pameran Lakon III di Erasmus Huis, Jakarta. Sebelumnya, dia pun menyelenggarakan pameran Lakon I dan II dengan karya berbeda tapi masih dengan topik yang sama: lakonnya sebagai istri, ibu, dan seniman.
Dalam posisinya sebagai istri, Laksmi termasuk wanita yang ikhlas dengan suami sebagai pemimpinnya. Hal ini tergambar dari salah satu karyanya yang berjudul “Little Nakhkoda”. Instalasi berbentuk perahu dengan seorang anak duduk di tepian menggambarkan dirinya yang masih merasakan polosnya anak-anak. Laksmi merasa belum seberapa dalam menjalani hidup dibandingkan alam semesta, yang juga digambarkan dengan awan-awan serta burung-burung di sekeliling. Little Nakhkoda, menurut Laksmi, juga berarti posisi istri dalam rumah tangga yang tidak melebihi suami tetapi mendapat peran yang tak kalah penting. “Jadi sama-sama menjalankan perahu,” ujar istri seniman Anggar Prasetyo ini.
Ideologi yang cukup dalam mengenai lakon hidupnya sebagai wanita membuatnya tetap konsisten membuat karya sekaligus mengurus keluarga. Menurut Laksmi, dirinya telah menentukan prioritas hidup. “Materi oke, keluarga berantakan apa gunanya? Jadi keluarga nomor satu, anak nomor satu, baru saya berkarir,” ujarnya. Kesulitannya? Laksmi mengaku mendapat kesulitan dalam membagi waktu, terutama banyak gangguan dari anak-anak yang terkadang tidak bisa diprediksi keinginannya.
Karenanya, segala emosi dan perasaan yang dirasakan Laksmi selama menjadi ibu mengasuh anak sendiri dituangkan dalam karya-karyanya. Bagi Laksmi, dengan menjadikan pengalaman hidupnya dalam karya, dirinya merasa nyaman dan semakin menikmati lakon-lakon hidupnya. “Tingkat nyaman ibu berbeda-beda, kalau kerja kantoran saya malah enggak nyaman,” ujarnya. Sebagai seniman, kebanyakan karyanya merupakan potret dirinya dalam representasi binatang.
Misalnya, babi yang merupakan simbol kesuburan. Laksmi yang saat ini telah dikaruniai empat orang anak, menggambarkan dirinya dalam karya sebagai babi (Harmoniest) berpayudara banyak yang dikelilingi anak-anaknya dengan raut wajah yang penuh kebahagiaan. Karya ini juga mencerminkan dirinya yang bahagia mengurusi anak-anaknya.
Walaupun membuat karya untuk dirinya sendiri, karya-karya Laksmi menginspirasi wanita lainnya akan deskripsi keadaan wanita saat ini. Misalnya karya berjudul “Wanita Kota Kami” berupa wajah manusia tetapi berbadan ayam. Bukan bermakna negatif, karya ini merupakan refleksi wanita kota pekerja keras seperti ayam yang tak henti mencari makan. Wanita kota yang membantu suami mencari makan dijelaskan Laksmi dengan menempatkan sendok dan garpu di kepala karya tersebut sebagai ganti tusuk konde.
Intrepretasi seorang wanita yang bangga dan sadar akan posisi hidupnya menjadikan Laksmi seniman yang realistis. Karya-karyanya menampilkan kejujuran dari lubuk hatinya akan kecintaannya pada suami, anak-anak, serta seni; karena siapa pun yang melihat akan merasakan kedekatan makna karya-karyanya dengan kejadian di sekitar kita. Laksmi pun berencana menyelenggarakan pameran berikutnya dengan masih mengangkat tema yang sama.