Mural karya Milisi Mural Depok pada pameran "Bebas Tapi Sopan"
Mural karya Milisi Mural Depok pada pameran "Bebas Tapi Sopan"
Mural karya Milisi Mural Depok pada pameran “Bebas Tapi Sopan”

Sebagai bagian program Jakarta Biennale 2015, Visual Jalanan menginisiasi sebuah pameran bertajuk “Bebas Tapi Sopan” yang digelar 26 Oktober-16 November 2015 di Galeri Nasional Indonesia. Tajuk tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan cairnya aktivitas visual di jalanan. Bukan hanya seniman yang merespons objek visual di jalanan, bahkan publik pun terlibat dalam pola produksi dan distribusi karya-karya visual yang ditoreh di jalanan.

Terlebih lagi, dengan adanya konflik pergesekan terus menerus antara seniman jalanan dengan pihak-pihak korporat atau pemerintah yang merasa “memiliki” jalanan, iklim pertarungan seni jalanan semakin seru. Geliat ini sebetulnya yang sejak 2012 diarsipkan oleh Visual Jalanan. Melalui akun instagram @visualjalanan, gerakan yang diinisiasi oleh Forum Lenteng sebagai bagian dari program risetnya ini, menghadirkan wajah objek-objek seni publik ke jangkauan masyarakat dunia maya.

Pameran Visual Jalanan berjudul Bebas Tapi Sopan di Galeri Nasional (3)bebas tapi sopan

Dan kini, melalui pameran ini, para seniman yang biasa merambah sudut-sudut jalanan ini, diruangkan. Alhasil, karya-karya dari Ace House Collective (YK), Agung “Abe” Natanael (Jkt), Angga Cipta (Jkt), Anggun Priambodo (Jkt), Bujangan Urban (Jkt), Dinas Artistik Kota (Jkt), Gardu House (Jkt), Klub Karya Bulu Tangkis + Ricky Janitra (Jkt), Milisi Mural Depok (kota Depok), Methodos (Yk), The Popo (Jkt), Tutu (Jkt), ruangrupa (Jkt), dan Stenzilla (Jkt), memiliki sentuhan berbeda.

Panel-panel dalam Gedung A Galeri Nasional digarap dengan gambar-gambar yang sarat humor dan kritik sosial. Misalnya, karya mural Milisi Mural Depok yang menjejalkan segala macam simbol identitas kota yang semrawut, mulai dari waria yang mengamen, orang buang air kecil sembarangan, hingga selentingan-selentingan kata yang dicomot dari stiker yang akrab menempel di jalanan.

Tampak depan Gedung A Galeri Nasional setelah "dihias" Dinas Artistik Kota
Tampak depan Gedung A Galeri Nasional setelah “dihias” Dinas Artistik Kota

Sebetulnya, kesan eksentrik sudah tampil sejak orang melihat penampakan bagian depan Gedung A. Tempat yang sudah biasa menampung tamu negara dalam perhelatan pameran seniman-seniman mapan itu disulap menjadi situs konstruksi jalanan. Kalimat Proyek Pembangunan Museum Street Art berdiri lengkap dengan seng dan ornamen-ornamen yang biasa melekat di pembatas pembangunan proyek. Di bagian atas, tertulis nama Dinas Artistik Kota. Siapa saja yang melihat dari jauh, tentu akan langsung tersita perhatiannya.

Keseksian pameran ini terbukti dari membludaknya pengunjung saat pembukaan pameran. Ternyata, meski diruangkan, seni jalanan tetap tidak kehilangan kedekatannya dengan sasaran pesan dan kedekatan publik. Ini seperti menegaskan bahwa jalanan – melalui karya-karya yang merepresentasikanya – masih kepunyaan publik yang harus diganggu dari percobaan penguasaan pihak tertentu.

Selain pameran, juga akan diadakan Artist Talk bersama Bujangan Urban, The Popo, dan Dinas Artistik Kota, pada 31 Oktober 2015 dan Diskusi Bebas Tapi Sopan: Pertarungan Visual di Jalanan bersama Ardi Yunanto dan Manshur Zikri, 7 November 2015.