Konon keberanian Aryo Penangsang telah menginspirasi kebudayaan masyarakat Cepu dimana untaian melati pada keris pengantin Jawanya melambangkan usus Aryo yang terburai saat perang terjadi namun dia tetap berdiri tegak dalam pertempuran sampai ajal memanggil.
Aryo Penangsang adalah Adipati Jipang, Cepu, Blora yang terkenal dengan kegagahan dan ketidaksabarannya. Ada banyak kontroversi sejarah mengenai Aryo Penangsang, ada yang menyebutnya bengis tetapi tak sedikit juga yang menganggapnya pemimpin gagah berani dan pantang menyerah.
Sampai sekarang, makam Aryo Penangsang di Desa Jipang (8 km dari Cepu) masih sering diziarahi terutama mereka yang datang dari Solo dan Yogyakarta. Bahkan tak jarang ada yang meminta wangsit juga, tergantung kepercayaan masing-masing peziarah. Kesaktian, keberanian dan sejarah yang menyelimuti perjalanan hidup Aryo Penangsang membua kisahnya sering diangkat sebagai lakon pertunjukan maupun film.
Yang terbaru, lakon Aryo Penangsang akan dipentaskan di Theater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Minggu (5/11) pukul 15.00 – 17.00 WIB. Acara ini dihelat oleh ikatan alumni se-Jakarta yang sebagian diantaranya berasal dari SMA 6, SMA 70, SMA Pangudi Luhur, SMA Tarakanita, SMA 3 dan SMA 4.
Pagelaran ketoprak tari ini akan melibatkan Maudy Koesnadi sebagai Ratu Kalinyamat yang menuntut balas atas kematian kakaknya Sunan Prawata yang dibunuh oleh utusan Aryo Penangsang. Padahal sebenarnya asal mula pembunuhan tersebut adalah upaya Aryo membalaskan dendam kematian ayahnya yang telah dibunuh sebelumnya oleh Sunan Prawata.
Baca juga “Membedah” Sosok Chairil Anwar Lewat Empat Perempuan Istimewa Dalam Hidupnya
Ajang bunuh-membunuh dan balas dendam memang menjadi sentral cerita ini. Namun bukan menjadi utama karena yang ingin disampaikan pada dasarnya adalah mentransfer nilai-nilai kebudayaan dalam sejarah Indonesia ke generasi muda. Supaya mereka yang muda tahu kalau peristiwa ini pernah terjadi dan menjadi sejarah perjalanan nusantara.
Masih sedikit orang yang memahami dan menikmati pertunjukan wayang orang karenanya meningkatkan intentitas pagelaran ini bisa jadi jalan untuk semakin memperkenalkan budaya Indonesia ke masyarakat terutama generasi muda.
Baca juga Siluman Terakhir Sie Jien Kwie
“Pertunjukan ini adalah wujud kebersamaan kita, kalau bukan kita yang melestarikan bisa-bisa budaya tersebut hilang dan tidak ada lagi untuk generasi mendatang,” kata Arzetty Bilbina yang berperang sebagai Kanjeng Ratu Kidul.