Mengambil tema “Kabar Angin”, Iabadiou Piko menyelenggarakan pameran tunggalnya di LOTF LOFT, Bandung, 4-18 November 2015. Pameran ini berawal dari pertemuan tim Laugh On The Floor (LOTF) dengan Piko di Selasar Sunaryo Artspace saat open studio “Transit”, program residensi yang diikuti Piko bersama tiga seniman lain.
“Ketika ngobrol dengan Piko, kami merasa ide-idenya sesuai dengan ide-ide LOTF,” ujar Aulia, perwakilan LOTF, menceritakan awal ketertarikan timnya mengajak Piko untuk berpameran. Tak heran, sebab misi LOTF untuk memberi ruang untuk mengangkat para emerging artists cocok dengan rekam jejak karir seniman yang pernah terpilih sebagai Finalist Shortlisted Candidates International Emerging Artist Award Dubai 2012-2013 ini.
Yang menarik, di pameran ini Piko kembali pada kebiasaannya untuk melukis tanpa gagasan. Padahal, di program residensi “Transit”, beberapa bulan lalu dirinya diminta untuk berlatih mengolah gagasan. Saat itu Piko menggabungkan ketertarikannya mengolah kertas dengan gagasan kesementaraan yang melekat pada sifat mediumnya itu sendiri. Namun, ia mengatakan, “Justru setelah residensi itu saya merasa bahwa saya memang belum nyaman mengolah gagasan. Karya saya cenderung lebih mengalir dan berasosiasi bebas.”
Spontanitasnya dalam merespons percikan-percikan ide di benaknya inilah yang dinilai oleh penyelenggara seperti gerakan angin, sehingga tema “Kabar Angin” dianggap tepat untuk menjadi payung pameran yang menampilkan sekitar 100 karya ini. Karya yang ditampilkan pun adalah karya yang memang sudah lama dibuat dan disimpan oleh senimannya sendiri dalam rentang waktu 2013-2015. Gambar-gambar yang dibuat di atas kertas berukuran 27×19,5 cm dan 39×27 cm menampung kegelisahan-kegelisahan personalnya. Ia menorehkan fantasinya, perubahan-perubahan persepsi yang lewat, hingga suasana sunyi yang dirasakan.
Pameran tunggal Piko juga menjadi momentum pembuka ruang seni alternatif yang digagas oleh LOTF. Ruang seni yang diberi nama LOTF LOFT dan berlokasi di Jalan Saninten No. 25, Bandung, ini dibangun di atas impian memiliki ruang pamer yang tidak berjarak dengan pengunjung. Aulia menuturkan kegelisahannya melihat galeri seni yang seringkali ia nilai berjarak dengan publik. “Kita mau menepis itu. Apalagi sebetulnya karya Piko kan abstrak, nggak mudah dimengerti. Jadi lebih sesuai untuk dicoba menghilangkan jarak antara seni yang susah dimengerti itu dengan orang-orang yang datang,” tambahnya lagi.