Seni ottchil atau pernis seringkali diidentikkan dengan kriya tradisional. Di Jepang dan Korea, getah dari pohon ott ini kerap digunakan untuk melapisi kotak perhiasan dan barang berharga yang ditatah dengan kulit bagian dalam kerang mutiara agar terlihat mengilap dan terkesan mewah. Sayangnya, label mewah pada kesenian dari Tiongkok ini membuatnya jarang dipakai oleh masyarakat biasa sehingga mulai ditinggalkan oleh generasi saat ini.
Untuk mengenalkan kembali seni ottchil pada generasi muda, Korean Art Association Indonesia dan Korean Culture Center Indonesia menyelenggarakan seminar dan lokakarya oleh seniman ottchil Kim Sung Soo bertajuk bertajuk “Ottchil-Art, Mystery of a Thousand Years”. Dalam workshop yang berlangsung di Galeri Seni Rupa IKJ, 19 November 2015 ini, para mahasiswa dan pengajar Seni Rupa IKJ diajak untuk menjajal pembuatan karya seni ottchil sederhana dengan menggunakan kulit kerang mutiara.
Kulit kerang ini kemudian dipotong-potong sesuai keinginan dan direkatkan ke atas kayu bundar yang sebelumnya sudah dilapisi ottchil berwarna hitam untuk menjadi sebuah pola atau bentuk apapun yang mereka suka. Permukaan kayu yang telah ditempeli kulit kerang tersebut kemudian dilapisi kembali dengan ottchil yang bisa diberi pewarna atau dibiarkan transparan.
Sungsoo mengatakan, pewarna yang biasa digunakan para seniman dari Jepang, Tiongkok, dan Korea merupakan pewarna alami yang berasal dari tumbuhan dan diproses hingga menjadi bubuk. “Pewarna alami ini melengkapi karakter ottchil yang ramah lingkungan dan bersifat antibakteri. Itulah alasan mengapa ottchil juga disebut sebagai hadiah material artistik dari alam yang ada sejak masa prahistoris,” ujar pendiri Museum Seni Ottchil di Gyogsangnamdo, Korea ini.
Dalam hal pewarnaan, penggunaan medium kerang mutiara memiliki perbedaan dibanding kulit telur. Warna yang dicampur dengan ottchil akan melekat pada permukaan kulit telur sehingga menutupi warna aslinya. “Sementara itu, warna ini tidak akan melekat pada kerang mutiara. Dengan demikian, alih-alih tertutup warna, permukaan kerang mutiara malah tampak mengilap karena sapuan ottchil yang terlihat transparan,” ujar Sung Soo menjelaskan.
Pada lokakarya tersebut, hadir pula beberapa karya kontemporer dari seni ottchil seperti lukisan dan kriya. Menggunakan teknik kerajinan ottchil tradisional dan teknik tatah dari penatahan kerang mutiara pada produk kriya ottchil tradisional diaplikasikan pada medium lainnya, seperti logam, kulit telur, dan dipadukan dengan teknik lukis dengan estetika modern namun berakar dari tradisi. Selain itu, dengan karakteristik hasil akhir yang mengilap, penggunaan medium ottchil pada karya membuatnya tidak memerlukan bingkai kaca.
Pada 30 November mendatang, para seniman ottchil Korea akan menghelat pameran bersama seniman ottchil Vietnam di Museum Nasional Vietnam. Menurut Sung Soo, meski teknik yang digunakan para seniman di negara tersebut sedikit berbeda dengan yang kerap diaplikasikan oleh seniman Jepang, Tiongkok, dan Korea, Vietnam menjadi negara yang paling baik menerapkan seni ottchil. “Bunga teratai yang menjadi lambang negara Vietnam digambarkan dengan memakai ottchil,” katanya.