Monumen Dirgantara masih berdiri. Begitu pula dengan Monumen Pembebasan Irian Barat, Monumen Selamat Datang, Monumen Tugu Muda. Seolah tiada yang terjadi. Tapi andaikata monumen-monumen yang lahir dari tangan dingin Edhi Sunarso ini punya indera pendengaran dan perasaan, barangkali mereka tak tegak lagi ketika mendengar kabar wafatnya sang pembuat.

Perupa kelahiran Salatiga, 2 Juli 1932 ini tutup usia pada Senin, 4 Januari 2016 pukul 22.53 dan kepergiannya meninggalkan banyak peninggalan penting, tidak hanya bagi sejarah seni rupa Indonesia, tapi juga bagi masyarakat Indonesia sendiri. Salah satunya adalah museum Griya Seni Hj Kustiyah Edhi Sunarso yang didedikasikan sang seniman kepada mendiang istrinya, Hj Kustiyah.

Pendirian museum ini, menurut seniman ulusan Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI/ ASRI) dan Visva Bharanti Rabindranath Tagore University, India, didorong oleh semangat Bung Karno, yang menurutnya banyak memberikan ilmu kepadanya. Terutama mengenai pengabdian kepada bangsa dan tantangan berkarya dengan baik secara estetika dan prosesnya.

Semangat kebangsaan Edhi Sunarso lahir bukan tanpa sebab. Sebelum menjadi seniman, ia terlebih dahulu berkarir sebagai tentara. Bahkan, inspirasi seninya lahir ketika ia pertama kali belajar memahat di penjara KNIL sewaktu ia ditawan di sana. Akhirnya, jalan senilah yang kemudian membawanya menjadi sosok kesohor. Ia pernah mendapat peringkat dua Lomba Seni Patung Internasional pada 1953 yang diadakan di Inggris. Selain itu, medali emas Karya Seni Patung Terbaik, India, juga ia bawa pulang pada 1956-1957. Jalan seni seakan membukakan pintunya tatkala ia mulai bergelut di bidang pendidikan seni. Tercatat, Edhi Sunarso pernah menjadi pengajar di Akademi Kesenian Surakarta pada 1958-1959, dan dilanjutkan mengajar di ASRI Yogyakarta.

Sebagaimana seniman yang akan terus hidup melalui karyanya, kita bisa merasakan terus kehadiran pematung Edhi Sunarso lewat karyanya. Misalnya waktu melewati patung-patung buatannya yang sudah menjadi ikon di beberapa kota. Dan tak hanya itu, tanpa disadari, diorama-diorama buatan Edhi juga menjadi bagian penting pendidikan anak-anak Indonesia yang kerap berdarmawisata, mempelajari jejak sejarah bangsanya lewat karya seperti Diorama Sejarah Monumen Nasional atau Diorama Museum Lubang Buaya. Walaupun acapkali mereka tak tahu siapa yang membuat. Namun, satu fakta yang tak bisa dipungkiri, dengan cara itu semangat berkesenian dan kebangsaan Edhi Sunarso abadi.