Para penginisiasi pameran berfoto di depan lukisan Rangda.

Dalam hidupnya, I Nyoman Sukari mengikuti 118 pameran yang sebagian besar adalah pameran bersama, sementara Sukari hanya pernah melakukan satu kali pameran tunggal semasa hidupnya sehingga pecinta Seni Rupa tidak pernah melihat karya Sukari secara lengkap.

Pameran karya seni rupa bertajuk Trajectory : Posthumous Solo Exhibition of I Nyoman Sukari resmi dibuka di Taman Budaya Yogyakarta pada Jum’at, 26 April 2019. Ratusan pegiat seni dan masyarakat Jogjakarta berbaur bersama menghadiri acara pembukaan pameran yang dimulai tepat pada pukul 19.30 WIB.

Pegiat Seni dan Orang-Orang Terdekat Nyoman Sukari
Pegiat Seni dan Orang-Orang Terdekat Nyoman Sukari (Dok. SDI)

Pameran yang diadakan untuk mengenang dan menghadirkan kembali spirit berkesenian I Nyoman Sukari kepada publik ini juga dihadiri oleh teman-teman perupa dan orang-orang terdekat yang pernah menjadi bagian dalam hidup Nyoman Sukari.

I Wayan Pande Narawara perform bersama Santika Etnik
Performance I Wayan Pande Narawara bersama Santika Etnik (Dok. SDI)
Ibu Nyoman Aryaningsih menembangkan Kidung “Bramara Ngisep Sari”
Ibu Nyoman Aryaningsih menembangkan Kidung “Bramara Ngisep Sari” (Dok. Dennis)

Pembukaan pameran diawali dengan performance dari anak almarhum Nyoman Sukari, I Wayan Pande Narawara yang tampil bersama grup Santika Etnik. Santika Etnik membawakan 2 lagu berjudul “Hope” dan “Cak” yang didekasikan untuk almarhum ayahnya. Dilanjutkan dengan performance dari Asik Percussion dan tidak ketinggalan, istri almarhum Nyoman Sukari, ibu Nyoman Arianingsih juga membawakan sebuah kidung berjudul “Bramara Ngisep Sari.”

Semasa hidupnya Sukari pernah meminta agar karya-karya sketch, cat air dan acrylic on paper dipamerkan oleh istrinya. Bekerja sama dengan Sarasvati Art Management, ibu Nyoman Aryaningsih dapat mewujudkan wejangan dari Sukari tersebut. Pameran ini menampilkan total 50 lukisan, 13 drawings on canvas, 29 watercolors & acrylics on paper,35 sketch dan 11 mixed media on cartoon.

Profesor Bandem memberi tarian persembahan
Profesor I Made Bandem memberi tarian persembahan (Dok. Dennis)
Simbolis pemberian bingkisan oleh anak-anak (alm) Sukari
Simbolis pemberian bingkisan oleh anak-anak (alm) Sukari (Dok. Dennis)

Selanjutnya pembukaan pameran diisi oleh sambutan yang diberikan oleh dr. Oei Hong Djien, selaku owner of OHD Museum, Bpk. Lin Che Wei, founder of Sarasvati Art Management, Ibu Nyoman Arianingsih, istri (alm) Nyoman Sukari, Bpk Suwarno dan Bpk I Gede Arya Sucitra selaku kurator, Agus Putu Suyadnya selaku ketua Sanggar Dewata Indonesia dan Prof. Dr. I Made Bandem, mantan rektor ISI Yogyakarta periode 1997-2006.

Ada hal menarik yang disampaikan oleh pidato Prof. Bandem dalam acara pembukaan pameran Nyoman Sukari kali ini, dimana beliau membahas upacara adat Ngusaba Gedebong dari desa kelahiran Nyoman Sukari yang banyak mempengaruhi karya-karya seni I Nyoman Sukari. Yang unik dalam upacara ini adalah, panggungan aturan atau persembahan upacara yang terbuat dari tiang batang gedebong pisang ditanam terbalik. Makna pohon pisang yang digunakan adalah penggambaran filosofi kehidupan, beranak banyak, tapi berbuah hanya sekali. Sama seperti kehidupan manusia, yang hanya sekali dan diharapkan untuk berbuat baik sebanyak-banyaknya.

Para penginisiasi pameran berfoto di depan lukisan Rangda.
Para penginisiasi pameran berfoto di depan lukisan Rangda. (Dok. SDI)
Suasana Pembukaan Pameran
Suasana Pembukaan Pameran (Dok. SDI)

Pameran Trajectory : Posthumous Solo Exhibition of I Nyoman Sukari diadakan bersamaan dengan Jogja Art Week dan akan berakhir pada tanggal 12 Agustus 2019, buka setiap hari dari pukul 10.00 – 21.00 WIB.