Pameran "Inside Outside Skin Beyond Masculinity" di ARK Galerie, 28 September 2016. (Foto: Istimewa)

Penyensoran atas tubuh yang dilakukan lembaga penayangan siaran berita nasional dan televisi akhir-akhir ini menuai banyak perbincangan berbagai pihak. Sementara itu, faktor keagamaan seringkali dipolitisasi  dalam pembahasan, hingga reaksi dan diskusi hanya sebatas permukaan.

Kasus penyensoran tubuh tersebut memantik pertanyaan-pertanyaan atas tubuh, jenis kelamin, dan hubungan-hubungan kekuasaan seperti apa yang sebenarnya berperan dalam masalah ini.

Merespons hal ini, sejumlah seniman, aktivis kebudayaan, sutradara teater, perancang mode, peneliti, dan rekan-rekan dari profesi lainnya mencoba membahasnya pada pameran “Inside/Outside Skin: Beyond Masculinity” di ARK Galerie, Yogyakarta pada 28 September 2016 – 15 November 2016.

Ragam latar belakang profesi ini, menurut Alia Swastika, kurator pameran, menjadi upaya mencipta platform diskusi mengenai tubuh dan persepsi di dalam masyarakat kontemporer, utamanya di Indonesia, dengan sedikit tambahan dalam kerangka konteks Asia Tenggara.

Pameran ini akan menampilkan karya-karya yang menyoal tubuh lewat perspektif maskulin dari Agung Kurniawan, Andri William, Arin Rungjang, Dita Gambiro, Jean Pascal Elbaz, Abraham Poespo, Syaura Qotrunadha, Malcolm Smith dan KRACK, Ming Wong, Naomi Srikandi dan Ipeh Nur, Timoteus Anggawan Kusno, serta Restu Ratnaningtyas.

Lewat sudut pandang maskulin, pameran ini mencoba lepas dari batasan isu dan diskursus keperempuanan untuk merambah masalah kekuasaan, represi, hegemoni, seksualitas, dan lainnya.

“Sementara banyak pameran oleh seniman perempuan di Indonesia menggunakan ide atas tubuh biasanya untuk menggarisbawahi femininitas, atau untuk menggambarkan kekerasan pada perempuan. Saya membayangkan, dengan menggunakan konsep maskulinitas ini, kita dapat mematahkan bentuk interpretasi yang mapan atas tubuh pada umumnya,” ujar Alia Swastika dalam rilis yang diterima Sarasvati.

Lewat gagasan tentang tubuh ini, pengunjung diajak melihat lebih dalam hal-hal substansial yang telah dibentuk sedemikian rupa melalui penggunaan media baru dan lainnya alih-alih sekadar bereaksi pada isu yang dipolitisasi.