Ada misi yang terkesan “serius” dalam Pameran Seni Rupa Nusantara 2013 yang tahun ini mengangkat tema Meta-Amuk. Menggelar karya 115 perupa dari 25 provinsi, pameran yang diadakan Galeri Nasional Indonesia (GNI) setiap dwi tahunan ini mengusung visi mendobrak tradisi kekerasan dalam kehidupan sosial-politik masyarakat terutama dikaitkan dengan pemilihan umum yang akan terjadi pada 2014 nanti. Pihak GNI juga berharap pameran ini bisa menjadi jalan agar perkembangan seni rupa di Indonesia tidak hanya terpusat di pulau Jawa, namun juga dapat tumbuh dan berkembang di pulau lainnya.

Highlight:

Menjadikan seni rupa sebagai inspirasi bagi masyarakat untuk merespons kondisi sosial yang menghimpit dengan jalan damai, menjadi visi yang diangkat oleh Pameran Seni Rupa Nusantara 2013 bertajuk Meta-Amuk yang digelar GNI pada 7-24 Mei. Terkesan ada niat dari pihak GNI untuk mengajak para perupa nusantara untuk mengembalikan seni rupa memiliki konteks sosial tanpa melupakan nilai estetikanya – sesuatu yang berhasil dilakukan seni rupa China lewat karya-karya besar perupanya, Zeng Fanzhi, Liu Jianhua, Yue Minjun, Zhou Cunya, dan Ai Wei Wei.

  • Tahun ini,  Pameran Seni Rupa Nusantara menggelar 115 karya perupa dari 25 provinsi, hasil seleksi ketat dari 800 lebih karya yang masuk ke pihak panitia.  Sejumlah karya terlihat kurang memberi kejutan secara kualitas dan memperlihatkan sejumlah pengulangan dari karya-karya para seniman yang sudah memiliki nama. Hal ini menjadikan pameran ini kurang memunculkan ciri khas masing-masing daerah.
  • Tema Meta-Amuk dipilih sebagai upaya untuk mendobrak tradisi kekerasan dengan menampilkan berbagai karya seni rupa yang dinilai dapat memberi inspirasi bagi penguasa dan masyarakat agar dapat merespon berbagai macam problem sosial dengan jalan damai, bukan dengan cara kekerasan. Tema ini juga menjadi sangat relevan menjelang Pemilu 2014.
  • Dari awal diadakan, Pameran Seni Rupa Nusantara diharapkan bisa mengangkat perkembangan seni rupa di daerah-daerah lain dan tidak hanya terkonsentrasi di Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta. Kunci keberhasilannya tidak saja sekadar dari pengadaan pameran, namun juga harus didukung oleh pengembangan infrastruktur seperti sekolah seni dan pengoptimalan fungsi taman budaya di berbagai daerah, bukan hanya jalan utama.

Mencari bibit-bibit baru seni rupa nusantara yang tidak hanya muncul dari institusi-institusi seni di kota-kota seperti Bali, Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta, merupakan tujuan dari diadakannya Pameran Seni Rupa Nusantara. Tujuan ini sering kali terkait juga dengan kemampuan panitia untuk mengorganisir sekaligus menciptakan tema yang bisa memancing kemunculan bakat-bakat potensial. Tahun ini, pihak GNI memasang tema Meta-Amuk yang dikaitkan dengan menjelangnya pemilu 2014. Apakah tema ini mampu memunculkan bibit-bibit perupa di luar kota-kota yang selama ini dinilai sebagai pusat seni rupa Indonesia? Dan apakah tema ini memang bisa diolah para perupa untuk menghasilkan karya yang menginspirasi masyarakat untuk merespon berbagai macam problem sosial dengan jalan damai?

Read more…