Judul: Kerja Sastra untuk Tubaba
Penulis: Nukila Amal, A.S. Laksana, Yusi Avianto Pareanom, Iswadi Pratama, Esha Tegar Saputra, Afrizal Malna, Dewi Kharisma Michellia, Dea Anugrah, dan Langgeng Prima Anggradinata
Penerbit: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat
Tebal: 209 halaman
Terbit: Juni 2016
Cover: Softcover
Dunia, pada dasarnya berisi hal-hal yang ingin unjuk kebolehan. Tukang ketik ingin membuktikan ia bisa menulis dengan cepat dan rapi, ember plastik ingin membuktikan ia kuat dan tidak mudah bocor, dan daerah-daerah ingin membuktikan mereka layak dikunjungi.
Tulang Bawang Barat (Tubaba), daerah yang letaknya tiga jam perjalanan darat dari bandara Radin Inten II, Lampung, melakukannya dengan menjadikan dirinya – memakai istilah Dea Anugrah – pelopor urusan-urusan asyik. Daerah yang oleh Bupatinya disebut sebagai “daerah bukan-bukan” ini memilih seni budaya sebagai pesonanya.
“Tubaba itu bukan daerah tujuan, bukan juga perlintasan. Tidak ada investasi, pertambangan, dan lain-lain. Tidak ada pantai, tidak ada gunung. Tidak ada juga orang yang lewat Tubaba dalam perjalanannya. Selain orang meninggal, tidak ada yang datang ke Tubaba,” ujar Bupati Umar Ahmad dalam acara peluncuran buku Kerja Sastra dari Tubaba di Goethe House, Jakarta, 25 Juni 2016.
Buku tersebut merupakan salah satu jalan yang dipilih Bupati Umar dalam programnya yang melibatkan beberapa pekerja kreatif untuk membuat sebuah karya yang pantas dilabeli ‘khas Tubaba’.
Dari bidang sastra, demi membuat tiga esai, 11 cerpen, 15 puisi, dan 1 naskah teater tentang Tubaba, Nukila Amal, A.S. Laksana, Yusi Avianto Pareanom, Iswadi Pratama, Esha Tegar Saputra, Afrizal Malna, Dewi Kharisma Michellia, Dea Anugrah, dan Langgeng Prima Anggradinata turba ke Tubaba. Mereka mengumpulkan bahan-bahan tulisan dari mulut-mulut petinggi setempat, omongan orang-orang yang berseliweran, hingga fakta-fakta yang tercatat di atas kertas.
*Ulasan lengkap Jalan Sastra Menuju Tubaba dapat dibaca di majalah Sarasvati edisi Agustus 2016