semsar siahaan
Semsar Siahaan, "G8 Pizza and the Study of the Falling Man", 2003. (Dok. Gajah Gallery)

Sejumlah 28 karya dari seniman Semsar Siahaan (1952 – 2005) dihadirkan dalam pameran “Semsar Siahaan: Art, Liberation” di Gajah Gallery, Singapura pada 2 – 29 November 2017.

Tokoh penting dalam jagad seni rupa Indonesia ini tak hanya aktif dalam menyuarakan berbagai tema dan isu sosial politik dalam karya-karyanya, ia juga dikenal lewat pergerakannya sebagai aktivis sosial yang menentang rezim Orde Baru.

Baca juga Jakarta Biennale 2017 Libatkan 50 Seniman

Tajuk “Semsar Siahaan: Art, Liberation”, mengangkat karya-karya Semsar sejak 1984 hingga 2004, setahun sebelum kepergiannya pada 2005 akibat serangan jantung. Sepanjang perjalanan berkeseniannya, seniman aktivis ini menggambarkan seni sebagai unsur penting dalam proses kemanusiaan menuju kebebasan dan menggunakan seni sebagai moda perlawanan atas kondisi keadilan sosial yang terpuruk.

semsar siahaan
Semsar Siahaan, “Olympia Identity with Mother and Child” , oil on canvas, 140.5 x 290 cm, 1987. (Dok. Gajah Gallery)

Pada dekade 1980-an, ia tergabung dalam lembaga swadaya masyarakat seperti INFIGHT (Indonesian Front for the Defense of Human Rights) dan YMB (Yayasan Maju Bersama). Ia juga turut terjun sebagai demonstran saat terjadi pembreidelan majalah Tempo, Editor, dan Detik di Jakarta.

Keterlibatan Semsar juga dituangkan lewat spanduk, poster, baliho, dan gambar-gambar yang digunakan demonstran ketika turun ke jalanan.

Baca juga Isu Politik Pangan dalam Seni Media

Pada 1981, kontroversi juga timbul manakala Semsar membakar karya perupa Sunaryo berjudul Citra Irian Dalam Torso, di area kampus. Saat itu Sunaryo adalah dosen Semsar di Jurusan Patung Institut Teknologi Bandung. Semsar pun berujung drop out.

Keadaan politik dan sosial di Indonesia yang semakin memanas membuat kehidupan Semsar yang aktif menyuarakan perlawanan dirundung kekhawatiran. Puncaknya, pada 1998, ia bertolak ke Kanada hingga  kembali lagi di tahun 2004 dan kemudian menggelar pameran bertajuk “The Shade of Northern Lights” yang menampilkan sejumlah lukisan dan instalasi di Galeri Nasional Indonesia.

semsar siahaan
Semsar Siahaan, “Timur Rumit”, 1987-1990. (Dok. Gajah Gallery)

Salah satunya yakni G-8 Pizza, yang menyimbolkan politik global dari negara-negara G8 yang dimetaforakan ke bentuk delapan iris pizza yang terbuat dari medium kardus. Karya ini juga ditampilkan pada “Semsar Siahaan: Art, Liberation” oleh Gajah Gallery, Singapura.

Baca juga Dua Ruang Tintin Wulia di Venice Art Biennale

Karya lain yang bisa dinikmati di  pameran retrospektif ini adalah Olympia: Identity with Mother and Child, yang merupakan karya apropriasi dari Olympia milik Edouard Manet. Lewat karya ini Semsar menyatakan kritriknya pada ‘kepatuhan’ Indonesia atas kekuasaan dan kapitalisme Barat.

Ada berbagai karya lain yang menekankan sisi humanis dan kritik atas realita sosial tertuang lewat praktik berkesenian Semsar, sosok yang tidak pernah lelah mengekspresikan perlawanan atas ketidakadilan.