Konferensi Pers Jazz Gunung Bromo 2016 di Galeri Indonesia Kaya Jakarta, 11 Agustus 2016. (Foto: Trisna Wulandari)

Pertunjukan Jazz Gunung Bromo kembali hadir di Amfiteater Jiwa Jawa Resort Bromo, Desa Wonotoro, Probolinggo, 19-20 Agustus 2016 mendatang. Kali ini mengusung tema “Pesta Merdeka di Puncak Jazz Raya”.

Dalam perhelatan yang kedelapan ini, para penikmat Jazz Gunung akan disuguhi penampilan musisi kenamaan dari dalam dan luar negeri, di antaranya Dwiki Dharmawan Jazz Connection, Ermy Kullit, Ian Scionti Trio, Shaggy Dog, The Groove, Ring of Fire featuring Bonita dan Ricad Hutapea, Penny Candarini, SambaSunda, dan Nial Djuliarso trio featuring Arief Setiadi.

Dalam pergelaran jazz di ketinggian 2000 meter dpl kali ini, Dwiki Dharmawan menggandeng Deva Permana serta tiga maestro jazz dari Australia dalam payung project Dwiki Dharmawan Jazz Connection. Mereka adalah Steve Hunter, Dale Barlow, dan Andrew Gander.

“Ini memang kali pertama saya main di Jazz Gunung, karena tahun-tahun sebelumnya seringkali kebetulan bentrok dengan project di Eropa. Namun tahun ini saya akan menebusnya, untuk pertunjukan musik jazz paling berkarakter di Indonesia ini,” kata Dwiki saat jumpa pers di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Kamis, 11 Agustus 2016.

Di Jazz Gunung Bromo tahun ini, Dwiki Dharmawan, Ermi Kullit, dan The Groove juga akan menampilkan karya-karya teranyar mereka yang baru dirilis pada 2015 dan tahun ini.

Pertunjukan ini diperkirakan bakal semakin menarik karena kondisi Bromo yang tengah mengalami erupsi. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Probolinggo Anung Widiarto mengatakan, erupsi Gunung Bromo belum membahayakan para wisatawan yang ingin berkunjung ke Bromo, Semeru dan sekitarnya.

“Dari dulu Bromo memang terus erupsi, dan kami pastikan tidak berbahaya, jadi wisatawan silakan berkunjung, asalkan menaati aturan yang berlaku, seperti tidak mendekati kawah Bromo setidaknya satu kilometer,” kata Anung Widiarto.

Sigit Pramono, salah satu pendiri Jazz Gunung, menambahkan bahwa meski Gunung Bromo saat ini berstatus waspada, namun lokasi Jazz Gunung masih aman. “Status waspada itu hanya tidak boleh mendekati satu kilometer dari kawah. Sementara itu, tempat kita ini enam kilometer dari kawah,” jelas Sigit.

Tahun ini, kapasitas pengunjung Jazz Gunung dinaikkan menjadi 2000 orang. “Waktu pertama targetnya 300 pengunjung, tahun lalu 1800, tapi 2000 (sekarang) ini maksimum karena kalau lebih akan masuk jurang,” ujar Sigit Purnomo sambil tertawa.

Di samping alasan keamanan dan kenyamanan, pembatasan jumlah pengunjung ini juga dimaksudkan untuk menjaga alam Bromo sebelum dan pascaacara. Terkait hal tersebut, pengunjung yang tahun ini berpartisipasi dalam kegiatan Sahabat Bromo akan mendapat tiket festival gratis untuk dua hari.

Para Sahabat Bromo juga mendapat fasilitas tenda, matras, kantung tidur, sarapan dan makan siang, MCK, angkutan dari tenda ke panggung Jazz Gunung Bromo, serta akses masuk ke Taman Nasional Bromo. Mereka pun bakal diberi alat pendukung kegiatan, seperti sarung tangan, masker, dan kantung sampah.

Sahabat Bromo adalah komunitas pencinta gunung Bromo yang berasal dari berbagai latar belakang. Komunitas ini digagas Perusahaan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI) Probolinggo, dan didukung masyarakat pecinta lingkungan, masyarakat Bromo-Tengger-Semeru, Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, Paguyuban Jip, Paguyuban Kuda, Paguyuban Asongan, dan Masyarakat Pariwisata.

Tiket Festival Jazz Gunung Bromo tahun ini terbagi atas empat kategori, yakni VVIP, VIP B, VIP A dan Festival, dengan pilihan layanan akomodasi. Harga tiket mulai dari Rp350 ribu sampai Rp1,5 juta.