Sebanyak 12 karya instalasi sengaja diciptakan tujuh seniman bagi publik anak-anak. Karakter interaktif menjadi kunci komunikasi antara karya dan penonton.

Bagi nilai sebuah karya seni, asosisasi dengan institusi bergengsi seperti museum negara hampir merupakan garansi mutlak yang mengangkat statusnya menjadi High Art yang tak tersentuh. Interaksi fisik antara pengunjung pameran dan karya seni pun akhirnya dianggap sebagai suatu hal yang tabu.

Hal ini tentunya berlawanan dengan watak penasaran kebanyakan anak-anak atau pengunjung museum yang berusia muda. Sifat keingintahuan mereka yang lebih responsif terhadap bentuk-bentuk visual dan warna sering kali diwujudkan melalui refleks interaksi fisik dengan benda asing yang ada di hadapan mereka.

Namun demikian, hal yang secara konvensional bertentangan ini bukan sama sekali tanpa titik temu. Pameran seni rupa “Imaginarium: Over the Ocean, Under the Sea” yang diselenggarakan di Singapore Art Museum at 8Q contohnya, dirancang khusus untuk mengundang keterlibatan dan interaksi yang yang melebihi interaksi visual.

Dimana Mogus (2016) karya Mulyana. (Foto: Angelina Chairil)
Dimana Mogus (2016) karya Mulyana. (Foto: Angelina Chairil)

Berlangsung dari 14 Mei sampai 28 Agustus 2016, Imaginarium merupakan bagian dari program pameran tahunan SAM yang khusus dirancang bagi pengunjung anak-anak.

Oleh karena itu, sebagian besar dari 12 karya instalasi dari tujuh seniman dalam Imaginarium dikomisi untuk lebih children-focused dan children friendly; sebagaimana kelima pameran khusus anak sebelumnya yang diselenggarakan  SAM tiap tahun.

Seakan memasuki sebuah taman mungil di bawah laut, para pengunjung disambut dengan karya instalasi seniman Mulyana berjudul Dimana Mogus? yang menempati ruang galeri pertama di lantai dasar.

 

*Ulasan lengkap Bermain Seni di Ruang Museum dapat dibaca di majalah Sarasvati edisi Agustus 2016