Reza Rahadian sebagai Chairil Anwar dan Marsha Timothy sebagai Ida
Reza Rahadian sebagai Chairil Anwar dan Marsha Timothy sebagai Ida (Foto: Ester Pandiangan)

“Padahal slogan Bung ayo Bung yang dipopulerkan Chairil Anwar itu terinspirasi dari ajakan para pelacur di jalanan..” kata Ahda Imran salah satu dari tiga penulis naskah “Perempuan-perempuan Chairil” dalam press conference pertunjukan tersebut, Selasa (31/10) di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, West Mall Grand Indonesia Jakarta.

Secara personal Ahda Imran mengakui kekagumannya pada sosok penyair pelopor Angkatan 45 ini, tidak hanya pada puisi-puisi yang “bersuara” tetapi juga caranya memindahkan sebuah makna pinggiran ke ungkapan yang patriotik.

Kebagian menulis segmen perjalanan cinta terakhir Chairil yaitu Hapsah Wiriaredja (diperankan oleh Sita Nursanti) yang tak lain adalah mantan istri dari Chairil Anwar (Reza Rahadian) membuat Ahda Imran semakin merasuk dalam kehidupan sang pujangga dan menemukan penggalan-penggalan cerita Chairil yang tercecer di ujung akhir hidupnya.

Baca juga Siluman Terakhir Sie Jin Kwie

“Pada Hapsah, Chairil “kembali” ke rumah. Dia menemukan bumi tempatnya berpijak setelah petualangannya dengan ide-ide dan gairah romantika. Tetapi di satu sisi dia susah beradaptasi dengan kenyataan sehingga akhirnya berpisah dengan Hapsah dan kembali menjalani hidup luntang-lantung,” jelas Ahda Imran. Ketika akhirnya Chairil sadar kalau hidup bukan hanya sebatas puisi dan syair, kalau perut harus terisi dan anak perlu asi, sudah terlambat karena ajal sudah memanggil.

Kisah tragis dan penuh gelora dari Chairil Anwar akan menjadi klimaks pada Perempuan-perempuan Chairil yang dipentaskan di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki Jakarta 11-12 November 2017 pukul 20.00 WIB. Selain tokoh Hapsah, akan ada tiga sosok perempuan lain yang dikulik dalam pertunjukan ini yaitu Ida (Marsha Timothy), Sri Ajati (Chelsea Islan) dan Sumirat (Tara Basro) kemudian satu lagi tambahan perempuan malam (Sri Qadariatin) yang menjadi benang merah dalam keseluruhan pertunjukan.

Masing-masing punya kepribadian yang bertolak-belakang. Ida adalah pemikir kritis dan rekan berdebat yang sepadan, Sri Ajati adalah perempuan cantik cinta platonis Chairil, Sumirat yang penuh gairah dimana Chairil menyalurkan hasrat-hasrat petualangannya dan Hapsah yang menjadi bumi tempat sang penyair berpijak.

Press Conferense Perempuan-perempuan Chairil
Press Conferense Perempuan-perempuan Chairil (Foto: Dok. Titimangsa Foundation)

Baca juga Menyelami Chairil Anwar dalam Kumpulan Puisi

“Sebenarnya ada 11 perempuan yang diungkapkan Chairil lewat puisinya tetapi yang diambil hanya empat yang dianggap berperan besar terhadap kehidupan Chairil,” jelas Agus Noor selaku sutradara dan juga penulis skenario.

Pertunjukan ini memang dibuat berdasarkan interpretasi sutradara dan penulis skenario akan puisi-puisi cinta Chairil Anwar kepada empat perempuannya. Lewat puisi tersebut dibangunlah peristiwa yang kira-kira menggambarkan latar belakang terlahirnya puisi tersebut. Obrolan dengan anak perempuan Chairil, Evawani Alissa menjadi pelengkap alur cerita.

White Shoes and The Couples Company akan menjadi pengisi soundtrack untuk pertunjukan ini dengan melagukan puisi Chairil Hidup Hanya Sekali.

Sebenarnya membicarakan musikalisasi puisi Chairil sudah beberapa kali dilakukan oleh musisi Indonesia dan satu yang paling populer adalah Derai-derai Cemara oleh Banda Neira. Bedanya, yang puisi yang dilagukan oleh White Shoes & The Couple Company adalah lirik yang sudah dikurasi sebelumnya oleh Agus Noor dan tim.

Sebagai produser pertunjukan ini Happy Salma mengatakan tujuannya mengangkat sosok Chairil Anwar ke seni pertunjukan tak lain karena sosok penyair tersebut yang melambangkan simbol kemerdekaan Indonesia yang masih muda dan baru berdiri tetapi mampu mengekspresikan kemerdekaan itu sendiri. “Harapannya dengan adanya pertunjukan ini sosok Chairil dapat lebih dekat dengan orang-orang muda,” tutupnya. penutup_small

Baca juga Pencetus Inspirasi Alvian Putra, UOB Most Promising Artist of the Year 2017