Arsitektur yang baik bukan hanya indah secara visual saja tetapi juga melakukan fungsi sosial kepada lingkungan sekitarnya. Tema inilah yang menjadi topik bahasan dalam diskusi penutup pameran Indonesian Architects Week @Seoul 2017 Travelling Exhibition: Bandung. Di malam terakhir (27/10) tersebut, tiga biro arsitek Terra Lumen Indonesia (High Performing Invisible Place: Tollway Rest Area), Aboday (Club House The Eminent) dan PSUD (Reclaiming Alun-alun Semarang, Pasar Johar Urban Revitalization) mempresentasi hasil rancangannya.
Bono dari Terra Lumen Indonesia mengatakan sejatinya sebuah bangunan tidak hanya berdiri sendiri tetapi juga bisa memberikan dampak kepada lingkungan, manusia dan menjawab permasalahan kota. Dia mencontohkan lewat hasil rancangan Terra Lumen Indonesia untuk rest area Cipularang KM 88 yang pada skemanya memiliki rencana untuk memberdayakan penduduk sekitar.
Baca juga Menaksir Partisipasi dalam Pariwisata Desa
“Arsitektur yang ideal adalah bangunan yang tidak hanya aman dan nyaman saja tetapi juga merepresentasikan kultur dan karakter setempat,” kata Bono. Mengingat keberadaan rest area secara regulasi tertutup dari lingkungan sekitar dan terbuka ke arah tol dan secara fungsional memang difungsikan untuk pengguna tol, tim Terra Lumen Indonesia punya caranya sendiri perihal pemberdayaan masyarakat. Misalnya memanfaatkan produk pangan penduduk setempat seperti singkong dan pisang sebagai bahan untuk food and beverage di gerai-gerai makanan di rest area, memberikan lapangan kerja buat penduduk setempat termasuk mengaryakan hasil kerajinan di Plered untuk dijual di rest area.
Kota tanpa bangunan tua sama saja manusia tanpa ingatan. Manusia tanpa ingatan sama dengan orang gila, kota tanpa ingatan sama saja dengan kota gila, ini adalah kutipan terkenal dari Eko Budihardjo, pakar dan akademisi arsitektur internasional asal Purbalingga.
Baca juga Isu Politik Pangan Dalam Seni Media
Dalam diskusi yang diadakan di Roemah Seni Sarasvati Jalan Jenderal Sudirman No.137 ini memang sangat ditekankan betapa pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dan jiwa dalam sebuah bangunan.
Biro arsitek Aboday dan PSUD kurang lebih juga menyampaikan hal yang serupa. Apalagi PSUD yang dalam pengerjaan proyeknya sangat terkait dengan lingkungan dan kawasan bersejarah di Semarang.
Pada akhirnya memang, sebuah bangunan yang dicita-citakan adalah bangunan yang mempertimbangkan prinsip-prinsip berikut; ruang gerak dimana keberadaan bangunan juga membantu mobilitas penduduknya, lingkungan dimana bangunan tidak hanya sekadar berdiri sebagai bentuk fisik tetapi juga memberikan kontribusi kepada lingkungan sekitar, interaksi yang tak lain bangunan sebagai wadah ataupun tempat untuk orang yang satu dengan yang lainnya terhubung dan investasi yang berarti tidak hanya memberikan kontribusi materi kepada pihak pengembang ataupun pemilik bangunan tetapi juga kepada lingkungan sekitar dimana bangun tersebut bermanfaat dan memberikan fungsi yang seharusnya.
Baca juga Mau Datang ke Bincang Buku Sepoer Oeap di Roemah Seni Sarasvati?
Adapun setelah Bandung, pameran 53 karya biro arsitek ini akan dibawa ke Malang, Bali dan Yogyakarta. Tunggu kehadirannya di kota Anda ya!