Berbekal musik klasik, Chroma String Quartet mampu berhilir mudik melintasi berbagai jenis genre musik. Fleksibilitas yang mempertahankan keempatnya.
Sekitar 11 tahun silam, pascabubarnya kelompok kuartetnya saat itu, Ayu Gayatri bertemu Arini Kumara di Indonesian Youth Orchestra dan mendirikan Chroma String Quartet. Gaya yang mengisi posisi viola dan Arini pada cello dibantu dua rekan mereka yang lain, yang sayangnya tak pernah bertahan lama.
Bongkar pasang anggota terjadi berkali-kali sampai akhirnya saat ini, keduanya bertahan dengan tambahan Panjita Krisna dan Cindy Clementine pada biola satu dan dua.
Meski personelnya berlatar belakang musik klasik, Chroma tetap melakukan eksperimen dengan mengaransemen genre lain. Tak heran, dalam setlist mereka, selain nomor-nomor klasik atau jazz, juga bisa ditemukan karya-karya musisi populer, baik dari zaman lampau seperti Beatles atau Queen, hingga musisi zaman sekarang seperti Radiohead, Daft Punk, atau Sigur Ros.
“Itu yang jadi nilai jual Chroma pada akhirnya,” ujar Cindy.
Diakui oleh yang lain, komposisi yang cenderung modern memang membuat kuartet yang namanya berarti ‘Pelangi’ dalam bahasa Yunani ini menjadi lebih fleksibel untuk masuk ke berbagai acara. Dari perjamuan makan malam di hotel mewah sampai menjadi pembuka DJ di Dragonfly – klab malam di daerah Jakarta Selatan – pernah mereka cicipi.
*Ulasan lengkap Bukan Sekadar Kuartet Musik Klasik dapat dibaca di majalah Sarasvati edisi Agustus 2016