Alunan tembang Jawa yang lebih menyerupai mantra mengalun dengan iramanya yang menghipnotis. Panggung ruang dimana pertunjukan biasa dihelat membiaskan warna temaram, mengiringi tarian Sha Ine Febriyanti saat ‘kesurupan’ Gayatri Rajapatni, sosok perempuan dibalik kejayaan Majapahit.
Menurut sejarah, Gayatri adalah istri dari Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit. Tak hanya menjadi teman diskusi yang handal bagi suaminya, Gayatri jugalah sosok dibalik kebesaran dan ketangguhan Patih Gajah Mada. Bersama dengan pria-pria hebat di sekelilingnya, Gayatri juga memendam cita-cita menyatukan nusantara yang sebenarnya adalah cita-cita luhur ayahnya Kertanegara yang tak lain adalah raja dari Kerajaan Singasari.
Sha Ine Febriyanti merepresentasikan tokoh Gayatri dengan tarian dan ekspresi gerak yang begitu bercerita. Tidak hanya Gayatri, Ine juga memerankan tokoh peneliti sekaligus penari perempuan yang sangat terobsesi dengan sosok Gayatri.
Pada beberapa adegannya, ditampilkan Ine sebagai peneliti membaca makalah sejarah dan merekam aktivitasnya menggali informasi tentang sosok Gayatri. Sosoknya sebagai peneliti bertanya-tanya mengenai ketangguhan sejati Gayatri. Apa yang membuatnya menjadi pribadi yang begitu kuat serta berhasilkah keinginannya menyatukan nusantara?
Rekam adegan yang sinergi tidak membuat penonton dibingungkan, kapan Ine menjadi sosok penulis kapan pula merupa Gayatri. Tak berapa lama saat sang peneliti sibuk berkontemplasi dengan pemikiran dan fakta baru mengenai Gayatri, Ine berubah peran menjadi sosok Gayatri sendiri. Duka dan luka saat sang ayah mati, polemik intrik kerajaan yang membuatnya jengah dan memutuskan hidup menyendiri menjadi bhikkuni diceritakan melalui tarian Ine, gerak dinamis penari pembantu dan layar yang menampilkan cuplikan peristiwa-peristiwa yang dialami Gayatri.
Sebenarnya keinginan Gayatri sendiri adalah menyatukan Nusantara dengan cara damai dan akhirnya dia sadari kalau itu adalah sebuah kemustahilan. “Seluhur-luhurnya cita-cita dia juga adalah penderitaan,” demikian penggalan monolog Ine. Karena seringkali cita-cita dapat tercapai melalui penderitaan dan kesedihan.
Sama seperti Indonesia yang walaupun utuh lewat perbedaan dan keberagamannya tetap saja sering beririsan dengan konflik golongan, ras dan agama.
Pada akhirnya sejarah akan terus mengulang karmanya dan kehidupan tidak akan berhenti untuk bereinkarnasi sampai akhirnya mencapai moksa itu sendiri.
Pertunjukan monolog “Gayatri: Reinkarnasi” yang berlangsung selama 60 menit ini disutradarai oleh Yustiansyah Lesmana dan penata gerak Eddy D Luthan dan digelar dalam rangka merayakan 4 tahun Galeri Indonesia Kaya, Minggu (8/10) pukul 15.00 WIB.