Judul Venice Biennale 2019 sudah diumumkan secara resmi oleh kurator Ralph Rugoff dan Direktur Venice Biennale Paolo Baratta pada 16 Juli 2018. Helatan internasional yang akan digelar pada 11 Mei – 24 November 2019 ini akan mengusung judul “May You Live in Interesting Times”.
Di pagelaran Venice Biennale yang ke-58 ini, May You Live in Interesting Times mengacu pada periode krisis, kacau dan serba tidak pasti sebagaimana yang terjadi pada era digital. Uniknya, ungkapan ini pun merupakan contoh dari penyebaran informasi yang menyesatkan. Selama ini, May You Live in Interesting Times dikenal sebagai kutukan kuno China, namun kenyataannya tidak ditemukan ungkapan tersebut dalam literatur China. Hal tersebut tentunya sesuai dengan situasi di era digital yang menghadapi tantangan dalam menekan tersebarnya info palsu secara cepat dan masif.
“Ketika penyebaran berita hoax dan alternative fact merusak kepercayaan dan wacana politik, jadi ada baiknya untuk berhenti sejenak dan meninjau kembali referensi serta fakta yang ada,” ungkap Rugoff dalam pernyataan di website resmi Venice Biennale.
Edisi Venice Biennale ke-58 bakal menghilangkan tema spesifik, dan lebih menyoroti pendekatan umum dan fungsi sosial seni yang memberi kesenangan sekaligus mengasah pemikiran kritis masyarakat. Melalui konsep pameran yang cair, para seniman diharapkan dapat menawarkan metode alternatif dalam merespons fenomena sesuai dengan konteks mereka.
Baca juga Karya Delapan Seniman Yogyakarta Hadir di Jeonbuk
Rugoff juga berpendapat bahwa Venice Biennale 2019 dapat memberi pengalaman yang lebih luas dengan keterlibatan, penyerapan, dan pembelajaran kreatif yang diakomodir oleh seni.
“Sebuah pameran juga mestinya mampu membuka mata orang-orang hingga mengubah pandangan mereka tentang dunia. Dengan demikian, seni mungkin bisa menjadi semacam panduan untuk hidup serta berpikir di saat-saat yang menarik,” tuturnya.
Di sisi lain, penggunaan May You Live in Interesting Times menuai beragam respons, terutama dari kalangan penggiat seni di Tiongkok. Mereka menganggap bahwa ungkapan ini tak lebih dari konstruksi perspektif Eropa atas Asia.
”May You Live in Interesting Times bukanlah kutukan kuno, pepatah, atau apa pun itu dari Tiongkok” tulis Cosmin Costinas, direktur pusat seni The Para/Site Hongkong pada laman facebooknya.
“Pengaitan ini tak lain hasil dari fantasi orientalisme Eropa, yang menghubungkan semua jenis omong kosong pseudo-spiritual dengan Asia. Ini merupakan aib mutlak bahwa Venice Biennale sedang mengabadikan rasisme,” lanjutnya.
Faktanya, ungkapan ini tercatat pertama kali pada 1930-an tatkala Austen Chamberlain, anggota parlemen Inggris sekaligus saudara tiri PM Neville Chamberlain, menggunakan ungkapan tersebut dalam sebuah pidato. Tidak hanya Chamberlain, May You Live in Interesting Times juga digunakan oleh Sir Hugh Montgomery Knatchbull-Hugessen, Duta Besar Inggris untuk China pada 1930-an, dan politisi AS Robert F. Kennedy, dalam sebuah pidato di Afrika Selatan pada 1960-an.
Baca juga ART SG Saingan Baru Art Stage Singapore
Kurator biennale, Ralph Rugoff, tampaknya sadar penuh terhadap resiko penggunaan ungkapan May You Live in Interesting Times. Dilansir dari Art News, Rugoff mengatakan:
“Memang tidak ada kutukan kuno Tiongkok, meskipun ada fakta para politisi Barat menggunakannya dalam berbagai macam pidato selama lebih dari seratus tahun. Tentunya, ini merupakan peninggalan budaya yang sintetis, tapi status fiktifnya tetap memiliki efek retoris yang nyata.”
Beberapa pihak masih menyayangkan kesalahan atribusi pada judul Venice Biennale. Meski demikian, sambutan publik yang mayoritas bersifat kritik dan pertukaran wacana dapat menjadi penanda bagus untuk Venice Biennale. Atau bahkan kisruh publik ini lah yang dinantikan Rugoff, ketika orang-orang mempertanyakan mana yang benar dan salah. May You Live in Interesting Times akan menjadikan Venice Biennale ke-58 tidak sabar untuk dinantikan.
Di Indonesia, kontroversi judul Venice Biennale belum kedengaran riuh rendahnya. Begitu pula dengan ancang-ancang seniman dan konsep yang akan dipakai oleh pavilion Indonesia. Sementara itu, Singapura telah mengumumkan salah satu senimannya, Song-Ming Ang untuk mewakili pavilion Singapura di Venice Biennale. Rencananya, Song-Ming Ang akan mempersembahkan karya Music For Everyone: Variations On A Theme.