Agan Harahap, "Mentjari Kutu Rambut", C-print on photo paper, diasec, uk 100x150 cm, 2017

Di pameran tunggalnya, Agan Harahap mengajak kita mempertanyakan kebenaran dan peka terhadap perubahan.

Dalam kancah art photography, nama Agan Harahap tak lagi asing. Sosok yang dalam beberapa tahun terakhir dikenal sebagai ahli manipulasi foto kelas kakap itu kembali menghelat pameran tunggal pada 15 April – 21 Mei 2017 di Mizuma Gallery, Singapura.

Mengambil tajuk “The Social Realism of Agan Harahap”, ia menampilkan sembilan karya yang “meminjam” rupa dari berbagai karya lukis maestro asal Indonesia, seperti Basoeki Abdullah, Dullah, Harijadi Sumadidjaja, Hendra Gunawan, Lee Man Fong, hingga S. Sudjojono. Lewat digital imaging, ia berharap bisa memperlihatkan realitas sosial hari ini dari sudut pandangnya dan mengajak khalayak untuk berpikir kembali tentang kebenaran yang mereka percayai.

Agan Harahap,
Agan Harahap, “Kerokan”, C-print on photo paper, diasec, uk 66×100 cm, 2017

Alhasil, kita bisa melihat sembilan karya plesetan a la Agan yang berjudul serupa dengan karya lukis aslinya yakni Diponegoro Memimpin Pertempuran, Halimah Gadis Atjeh, Kerokan, Two Goldfish, Doves, Potret Diri, Kuda dan Pemandangan, Maka Lahirlah Angkatan ’66, dan Mentjari Kutu Rambut. Semuanya dibawakan dengan gaya guyonan satire khas seniman.

Seperti pada karya Kerokan milik Hendra Gunawan, diubahnya menjadi dua perempuan dengan punggung bekas kerokan yang sedang menonton video penyanyi hip-hop Snoop Dogg dari layar smartphone. Tampak tak peduli dengan sekitar. Berbeda dengan lukisan asli, dua tokoh anak kecil perempuan tidak ada. Yang tertinggal hanya kacamata dan sandal jepit. Entah tengah bermain atau pergi jajan. Kesan yang didapat seperti menggambarkan dunia orang dewasa dan anak-anak yang semakin berjarak, dipisahkan oleh teknologi.

Ulasan lengkap Manipulasi Realitas Sosial dapat dibaca di majalah SARASVATI edisi Mei 2017