Berlangsung sejak 15 Maret, hari ini Art Basel Hong Kong berakhir. Selama tiga hari penyelenggaraan, bursa seni tahunan yang telah berlangsung di tahun ketiga ini, berhasil menarik lebih dari 60 ribu pengunjung.
Tahun ini, Art Basel Hong Kong menampilkan 233 galeri ternama dari 37 negara dan enam sektor yang memajang karya seni sekaligus projek kuratorial dari seniman-seniman baru maupun modern masters. Pembagian pameran menjadi enam sektor yang berbeda menawarkan pengalaman eksplorasi seni yang unik di mana pengunjung dapat menjajaki berbagai dimensi seni rupa yang berbeda; sesuatu yang berbeda dari eksposisi galeri seni biasanya.
Keenam sektor tersebut terdiri dari : Galleries, Insights, Discoveries, Encounters, Film, dan Magazines.
Sektor utama yaitu Galleries terdiri dari stand 179 galeri seni modern dan kontemporer ternama dari seluruh dunia, dengan karya-karya lukisan, patung, instalasi, fotografi, film, video, dan digital art.
Sektor Insights didedikasikan untuk proyek kuratorial dari 34 galeri asal wilayah Asia dan Asia Pasifik dan menampilkan pameran tunggal, eksplorasi riset sejarah seni rupa, dan pameran kelompok yang khusus dirancang untuk Art Basel Hong Kong. Salah satu highlight dari sektor ini dapat dilihat pada stand Wei-Ling Gallery yang berbasis di Kuala Lumpur. Display instalasi dari pameran tunggal seniman asal Malaysia Anurendra Jegadeva berjudul Yesterday in a Padded Room ini mengambil inspirasi dari kisah Malay Annals atau sejarah Melayu yang menceritakan tentang asal usul kesultanan Melaka dan menceritakan tentang awal mula kedatangan agama Islam di Malaysia.
Instalasi ini terdiri dari sebuah ruangan kecil yang dindingnya dilapisi oleh bantal-bantal dengan gambar tokoh bersejarah dari kisah Ramayana dan para pemimpin negara Asia. Di tengah-tengah ruangan terpajang dua kursi yang merupakan simbol dari Garuda dan Malaikat Gabriel; dan juga imajinasi percakapan antara keduanya saat memperebutkan kekuasaan akan daerah Melaka.
Walaupun kisah dongeng ini dituliskan hampir 600 tahun yang lalu, seniman kontemporer seperti Anurendra menyadarkan kita semua melalui karya seperti ini bahwa perselisihan berbasis perebutan kekuasaan masih merupakan sebuah isu yang relevan sampai hari ini. Eksplorasi seni berbasis sejarah seperti ini dan fokus pada wilayah Asia Pasifik inilah yang memberikan Art Basel HongKong 2015 sebuah nuansa yang berbeda dari bursa seni komersial biasanya.
Hal lain yang menarik dari Art Basel Hong Kong 2015 antara lain sektor Encounter yang tahun ini dikuratori Alexi Glass-Kantor. Bertujuan untuk menggubah konsep ruang pameran seni rupa konvensional, sektor Encounter mempertunjukkan 20 karya instalasi berskala besar dari seniman-seniman negara Eropa, Amerika ,dan Asia Pasifik.
Seniman ternama Indonesia Eko Nugroho, dengan dukungan dari galeri ARNDT contohnya memamerkan karya instalasi Lot Lost yang merupakan cerminan dari situasi di kehidupan masyarakat Indonesia sekarang. Kritik secara publik terhadap pemegang kekuasaan negara bukanlah hal yang asing ditelusuri oleh Eko Nugroho, dan aspek ini pun dapat dilihat dari instalasi Lot Lost yang memadukan figur patung tembaga dan embroidered tapestry. Juga dengan menggabungkan aspek tradisi lokal dan kebudayaan popular, Eko Nugroho sekali lagi menyampaikan kepada pengunjung Art Basel Hong Kong pesan dan komentarnya terhadap paradoks seputar demokrasi.
Sektor lainnya yang dipersembahkan di Art Basel Hong Kong yaitu Discovery yang memamerkan seniman-seniman muda dan baru, Film yang mempertunjukkan 38 karya film dari 36 seniman, dan Magazines di mana para badan publikasi cetak seni rupa memajang publikasi cetak mereka maupun mengadakan diskusi dan seminar seputar topik seni rupa.