Abstrak menjadi bahasa rupa yang dipilih Made Mahendra Mangku untuk berekspresi. Berbagai eksplorasi abstrak dihadirkannya, seperti permainan garis, warna, dan cipratan.
Sebagai seniman yang tumbuh di tubuh Sanggar Dewata Indonesia (SDI), karyanya cenderung berbeda dibanding dengan rekan-rekan Kelompok Sebelas; kelompok yang berisi sebelas anggota dari generasi 90-an SDI. Ia tidak memenuhi kanvasnya dengan sapuan cat yang bertubi-tubi, begitupun dengan ikon-ikon dan simbol Bali yang riuh, tampak absen di karya Mangku.
Baca juga Enam Windu Sanggar Dewata Indonesia
Dalam lukisannya, Mangku cenderung menggunakan satu warna sebagai dasar lalu mengisinya dengan beberapa warna dan garis. Kadang ia juga menabrakkan warna-warna yang kontras dengan komposisi tertentu yang tetap menenangkan.
Ia menghadirkan keheningan yang terasa sentimental, bak ruang-ruang kontemplasi di tengah kehidupan duniawi. Segelap apapun warna yang digunakannya, karya-karya Mangku tetaplah manis, menenangkan dan meditatif, bahkan ia sering disebut sebagai “Pelukis Puitis”.
Made Mahendra Mangku, “Beyond Boundaries #1”, mixed media on canvas, 200×185 cm, 2016. (Foto: Indonesian Luxury)
Meski kini dikenal lewat karya abstraknya, Mangku sempat bereksplorasi dengan gaya realis dan figuratif saat masih di bangku kuliah. Bahkan di tahun pertamanya di ISI, ia sudah mendapat dua penghargaan sekaligus untuk sketsa terbaik dan lukisan cat air terbaik.
Sedangkan saat bersekolah di SMSR Denpasar, ia lebih menekuni medium cat air dengan teknik percik yang membuatnya dipanggil Mangku (pendeta dalam adat Bali yang memercikkan air suci saat memberi berkat, red.). Pilihannya untuk menekuni abstrak dimulai sejak 1993, karena abstrak lebih memberi ruang untuk improvisasi dan eksplorasi.
Baca juga Putu Sutawijaya dan Spektrum Spiritual Karyanya
Sejak lulus dari ISI Yogyakarta, Mangku kembali ke Sukawati dan aktif berkarya di studio pribadinya, De’carik Art Studio. Ia baru saja memamerkan 15 karya lukis dan cat air di Singapore International Artist Fair (SIAF) 2018 pada 10-13 Mei di Suntec City, Singapura. Rencananya, Mangku akan menyelenggarakan pameran tunggal pada Agustus 2018 di Art:1 Gallery, Jakarta dan Komaneka Art Gallery, Ubud.
Made Mahendra Mangku
Lahir di Sukawati, Bali, 30 Desember 1972
Pendidikan:
1988-1992 SMSR Denpasar
1992-1997 ISI Yogyakarta
Penghargaan:
- 1998 Penghargaan dari Menteri Seni dan Budaya Republik Indonesia
- 1997 Karya Lukis Terbaik Dies Natalis ISI Yogyakarta
- 1996 Finalis Philip Morris Indonesia Art Award
- 1992 Lukisan Cat Air Terbaik ISI Yogyakarta
- 1992 Sketsa Terbaik ISI Yogyakarta
Milestone:
1992 Pada tahun pertamanya kuliah, Mangku menerima dua penghargaan sekaligus untuk lukisan cat air terbaik dan sketsa terbaik ISI Yogyakarta
1998 Lulus kuliah, Mangku kembali dan menetap di Bali. Di tahun ini pula ia menggelar pameran duet dengan Toris Mahendra di Sika Gallery.
2000 Pameran tunggal pertamanya Between Two Side, Arisma Gallery, Ubud, Bali.
Pameran Penting:
- Pameran I Made Mahendra “Mangku” dan Made Toris Mahendra, Sika Gallery, 1998.
- Pameran Tunggal Pertama: Between Two Side, Arisma Gallery, Ubud, Bali, 2000.
- Pameran Terakhir: Singapore International Artist Fair (SIAF), Suntec City, Singapura, 2018
Karya Penting:
- Garis dan Celah (2012)
- Ritme #12 (2015)
- Beyond Boundaries #1 (2016)
- Memoria #9 (2018)
Kolektor:
- Suwito Gunawan
- Dedy Kusuma
- Oei Hong Djien
Seniman yang dikagumi:
- Antoni Tàpies
- Milton Ernest “Robert” Rauschenberg
- Ugo Untoro