Tampak nyaris tanpa elemen Bali, bahkan gagasan yang dibangun terkesan menutupi identitas ke-Bali-an sang seniman. Namun ada filosofi Bali di sana, “Tri Hita Karana”.
Setelah berdialog dengan diri sendiri dalam pameran “I” di Bentara Budaya Yogyakarta, 15 anggota Sanggar Dewata Indonesia berdialog dengan para pengunjung pameran “You” di Bentara Budaya Jakarta.
Walaupun memiliki latar belakang pendidikan Institut Seni Indonesia (ISI) di Denpasar, banyak seniman muda Bali yang memutuskan pergi ke Yogyakarta untuk menempuh pendidikan di ISI Yogyakarta. Oleh karena itulah tujuh seniman Bali, yakni Nyoman Gunarsa, Made Wianta, Pande Gde Supada, Wayan Sika, Wayan Arsana, Nyoman Arsana, dan Made Sutha, mendirikan Sanggar Dewata Indonesia (SDI) pada Desember 1970 dengan maksud menghimpun pelajar asal Bali yang belajar di Yogyakarta.
Sejak didirikan, kolektif yang menginjak umur 46 tahun ini cukup intens dalam menyelenggarakan pameran bersama. Hingga pada tahun 2008, hal ini perlahan-lahan mulai berhenti, yang pada tahun tersebut pula para pelajar dan seniman SDI mulai lebih fokus pada kekaryaan masing-masing.
“Ada kerinduan untuk bikin event bareng,” ujar ketua SDI Agus Putu Suyadnya saat pembukaan pameran “You; Conversation #15” di Bentara Budaya Jakarta, 27 Juli 2016.
*Ulasan lengkap tentang “Kamu” di Antara “Saya” dan “Kita” bisa dibaca di majalah Sarasvati edisi September 2016