"Kabaret Baliano" yang dibawakan EKI Dance Company akan ditampilkan dalam Asia Pacific Broadcasting Union (ABU) International Dance Festival (AIDF) di India. (Foto: Trisna Wulandari)

Para penari Indonesia akan turut serta dalam perhelatan perdana Asia Pacific Broadcasting Union (ABU) International Dance Festival (AIDF) di auditorium Shilpakala Vedika, di Kota Hyderabad, India, 15 Januari 2017.

Perhelatan ini merupakan festival pertama serikat penyiaran Asia Pasifik yang menyentuh bidang di luar musik. Dengan fokus sebagai jembatan generasi muda internasional, festival ini menghadirkan penampil dengan usia di bawah 25 tahun.

Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI), yang juga anggota ABU, menunjuk para penari Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI) Dance Company untuk mewakili Indonesia di ajang tersebut.

Sembilan penari muda EKI Dance Company akan membawakan dua nomor tarian, yakni Bala Turangga untuk kategori tradisional dan Kabaret Baliano untuk kategori kontemporer. Kedua tarian yang diciptakan koreografer dan Direktur Artistik EKI Dance Company Rusdy Rukmarata  ini terinspirasi kisah dan ragam gerak tradisi.

Bala Turangga merupakan tarian berkuda yang sekilas mengingatkan penonton pada kuda lumping atau jaran kepang. Sembilan penari pria dan perempuan masing-masing mengapit kuda-kudaan yang sedikit lebih tinggi dari kepala mereka— dua kali lebih besar dari properti kuda lumping biasanya.

Di atas panggung, mereka akan menari mengitari ruang dengan  beriringan, seakan menampilkan adegan berkuda di tengah padang rumput. Salah satu dari penari juga dilengkapi dengan pecut dan bergerak seolah kesurupan, seperti halnya fragmen yang terkadang ditemukan di pertunjukan kuda lumping.

Tarian tersebut, menurut Rusdy, terinspirasi dari Bhayangkari, pasukan elit berkuda di era Majapahit.

“Mereka juga terdiri dari pasukan wanita, dan mereka kuat. Jadi ketika kita melihat kesatuan pengamanan hari ini juga diisi para wanita, itu sebenarnya sudah ada sejak dulu. Dengan gerak yang galak, tapi ada khas perempuannya, genitnya. Kekuatan ini yang kita tampilkan,” ujarnya.

Gagasan tarian berkuda pun baginya menjadi simbol yang sangat Indonesia, namun juga internasional, dengan banyaknya tarian berkuda yang dimiliki negara lain dengan sejumlah kemiripan dan perbedaaan dari segi gerak dan properti.

“Kabaret Baliano” yang dibawakan EKI Dance Company akan ditampilkan dalam Asia Pacific Broadcasting Union (ABU) International Dance Festival (AIDF) di India. (Foto: Trisna Wulandari)

Perpaduan nuansa tradisi dan internasional juga tampak pada suguhan Kabaret Baliano. Tari ini diinspirasi dari ragam gerak tari Legong, Pendet, dan Baris, dipadukan dengan gaya kabaret yang menggunakan teknik balet.

Paduan gerak modern dan tradisi para penari didukung dengan kostum khas penari Bali yang disederhanakan dan dimodifikasi dengan sentuhan kostum balet. Dengan durasi kedua tarian yang tak lebih dari 8 menit, Rusdy berharap dapat menampilkan sajian yang padat dan menawan bagi publik internasional.

Penampilan para penari EKI Dance Company akan beriringan dengan para penampil dari Afghanistan, Azerbaijan, Fiji, India, Maladewa, Mongolia, Filipina, Turkmenistan, dan Uzbekistan.